Peranan Mamak Yang Sudah Mulai Hilang


Oleh : Andra Muklis (Mahasiswa fakultas ilmu komputer jurusan sistem komputer Dang Pengurus Komisariat HMI UPI”YPTK)

Anak dipangku kamanakan dibimbiang, mendengar kata-kata ini tentu kita sebagai orang minangkabau akan langsung terlintas dibenak kita bahwa makna kata-kata tersebut ialah tugas seorang mamak terhadap kemenakannya. Hubungan mamak dan kemenakan adalah 2 hal yang tak dapat dipisahkan dari kehidupan masyarakat minangkabau dari dahulu, sekarang dan masa yang akan datang. 

Mamak dan kemenakan memiliki peran dan fungsi yang berbeda sesuai dengan ketentuan adat minangkabau. Mamak berfungsi sebagai pemimpin bagi kemenakannya dan kemenakan merupakan orang yang dipimpin oleh mamak, sebagai pemimpin bagi kemanakannya tentunya dan sudah seharusnya mamak menjadi contoh bagi kemanakannya, sesuai bunyi pepatah adat minangkabau yang berbunyi:

"Biriak-biriak tabang kasamak 
Tibo disamak makan padi
Dari niniak turun kamamak
Dari mamak turun kakamanakan"

Ungkapan diatas menyatakan hubungan sako jo pusako yang duturunkan dari niniak ke mamak, dari mamak ke kamanakan. Tidak hanya sampai disitu saja prilaku kemanakan dalam kehidupan sehari-hari merupakan cerminan dari didikkan seorang mamak

Berbicara mamak tugasnya membimbing dan mengajarkan kemanakannya dalam segala hal sesuai dengan pepatah yang berbunyi:

"Kaluak paku kacang balimbiang 
Tampuruang lenggang-lenggangkan
Dibao urang kasuruaso
Anak dipangku kamanakan dibimbiang 
Urang kampuang dipatenggangkan
Jago adat jan binaso"

Ungkapan pepatah ini merupakan penegasan kepada mamak dalam membimbing kemanakan ada 3 hal yang perlu ditekankan yaitu, pertama makna anak dipangku kamanakan dibimbiang merupakan relasi dari dua fungsi yang diemban oleh setiap laki-laki diminangkabau yaitu sebagai orang tua dan sebagai mamak bagi kemanakannya. Kedua urang kampuang dipatenggangkan merupakan hubungan sosial ditengah-tengah masyarakat sesuai dengan adat dan syarak.

Ketiga jago adat jo pusako yaitu kewajiban setiap masyarakat termasuk mamak dan kemanakan yang di pimpin untuk memelihara nilai-nilai adat dan budaya minagkabau supaya tetap terjaga kelestariannya.

Melihat realita yang terjadi di tengah-tengah masyarakat minangkabau saat ini, pemahaman terhadap mendidik anak kemanakan sesuai dengan ketentuan adat hanya sebatas kata-kata tanpa ada pengaplikasiannya dalam kehidupan sehari-hari, hal ini bukan tanpa alasan banyak kita lihat seorang mamak lupa kewajibannya  sebagai orang yang membimbing kemanakanya. 

Hal ini dapat kita lihat dari realita kehidupan sekarang yaitu merosotnya moral generasi muda yang sudah keluar dari norma-norma adat dan tidak sesuai lagi dengan syarak(agama).

Zaman sekarang mamak hanya sebagai simbolis  saja artinya hanya sebatas penjawab tanya, dengan kata lain fungsi seorang mamak sudah mulai hilang dimakan masa, saat ini ada 3 hal yang menyebabkan pergeseran fungsi mamak yang sudah tidak sesuai adat minangkabau.
Pertama, perkembangan zaman yang begitu pesat membuat kita banyak melupakan hal-hal kecil yang memiliki dampak besar seperti dalam mendidik anak kemanakan.

Banyak diantara kita (mamak) tidak siap dengan perekembangan zaman dan kelihaian kita dalam membimbing kemanakan sudah tidak sesuai dengan tuntutan zaman, sehingga tugas kita dalam mendidik anak kemanakan terbengkalai. 

Zaman yang begitu cepat berkembang tentu memberikan dampak yang baik apabila kita siap menghadapi tantangan zaman yang ada, tetapi saat ini umumnya masyarakat kita belum siap, sehingga permasalahan global juga kita rasakan dalam berbagai aspek seperti ketimpangan ekonomi yang terjadi dimana-mana.hal ini juga menjadi salah satu faktor yang membuat peranan mamak mulai hilang dengan alasan ekonomi.

Kita juga tidak bisa munafik dengan tuntutan ekonomi yang begitu banyak membuat seseorang fokus dalam hal ekonomi, begitu juga seorang mamak saat ini. 

Hal ini tentu sangat bertentangan dengan pepatah yang berbunyi: 

“kayu gadang ditangah koto, rimbunnyo dahan bakeh balinduang hujan kapanasan, batangnyo tampek basanda,ureknakyo tampek baselo”, 

mamak yang berperan sebagai pembimbing kemanakan, kini mulai terlupakan karena tidak siap menghadapi zaman yang penuh tantangan sehingga sekarang kebanyakan mamak berprinsip kok nak elok buti galuang surang  artinya induvidual terjadi pada mamak yang mengakibatkan ia lupa akan tugasnya sebagai pembimbing kemanakan.

Kedua, pemahaman tentang adat yang masih kurang membuat peran mamak tidak terlihat lagi, hal dasar yang sangat memiliki pengaruh luar biasa bagi kehidupan masyarakat minangkabau dahulunya mulai terlupakan. 

Dahulu mamak harus paham dengan adat tanpa adat mamak tidak bisa menyiapkan kader pemimpin yang akan menggantikanya selain itu juga untuk melestarikan adat dan budaya kita , yang lebih parah lagi banyak mamak yang tidak tahu peranannya sendiri. Tidak heran saat ini banyak kemanakan diminagkabau yang tak lagi taat perintah mamaknya, sehingga apa yansg dikatakan mamak kepada kemanakan hanya sebatas gurauan saja, masuk telinga kiri keluar telinga kanan begitu juga sebaliknya,  kebanyakan Mamak  saat ini tidak paham apa keinginan kemanakan, sehingga puncaknya ialah merasa benar satu sama lain yang mengakibatkan tidak ada lagi seiya dan sekata antara mamak dan kemanakan.

Ketiga, tingkatan pendidikan mamak yang masih rendah dibandingkan kemanakan yang saat ini rata-rata telah menempuh pendidikan minimal SLTA, hal ini juga mengakibatkan peran mamak mulai hilang karena perbedaan kasta. Dalam kehidupan sehari-hari banyak kita temui seorang mamak yang hanya menempuh pendidikan tamat SMP, tetapi kemanakan yang ia didik tamat SMA atau sedang kuliah, Kemanakan merasa gensi atau ogah-ogahan untuk meminta saran dan nasehat dari mamaknya karena pendidikannya lebih tinggi dari seorang mamak. dengan zaman yang berkembang begitu pesat, pada zaman millennial ini wajar banyak kemanakan yang tidak taat lagi perintah mamaknya sehingga mamak hanya sebatas simbolis saja yang tak memiliki peran apa-apa.
Seiring kemajuan zaman saat ini yang kita kenal dengan revolusi industri 4.0 pergeseran peran mamak yang terjadi hampir diseluruh daerah diminangkabau perlu kita dudukan secara bersama  mencari solusi yang tepat. 

Banyak yang harus diperhatikan bagi seluruh lapisan masyarakat dan pemerintah, dan sudah sepantasnya kolaborasi antara pemerintah dan masyarakat untuk mencari solusi permasalahan yang terjadi, Agar mamak tetap berperan menjadi pembimbing kemanakannya. saat ini yang bisa kita lakukan adalah tetap memegang teguh nilai-nilai adat yang diwariskan oleh nenek moyang kita, akan tetapi kita juga perlu mempersiapkan diri untuk menghadapi tantangan zaman saat ini.

1 Comments

  1. Mohon maaaf untuk penulis untuk sekarang ini bagaimana tingkah laku dari anak2 kemenakan sekarang tidak boleh di titik beratkan langsung kepada mamak. Mengapa begitu? Karna ada yang lebih strategis lagi dari mamak yaitu fungsi dari seorang orangtua. Jadi bagaimana tingkah laku anak kemenakan itu tergantung dari hasil didikan orang tua karna dari orangtua lah yang bisa membuat anak kemenakan patuh kepada mamak.
    jika anak sudah patuh kepada mamaknya baru fungsi mamak bisa dijalankan
    berkenaan pepatah tadi "kaluak paku kacang balimbiang
    tampuruang dilenggak2 kan
    anak dipangku kemenakan dibimbiang
    urang kampuang di patenggangkan" dari pepatah tu yang mempunyai peran lebih adalah seorang orangtua. Yang memangku adalah orangtua, mamak membimbing.
    Untuk penulis ketahui
    Sekian dari saya ucapkan terimakasih

    ReplyDelete